oleh :
Di Timur Tengah kini sedang terjadi perubahan strategi amat penting. Sayang Mesir bukan termasuk di dalamnya karena hanya duduk menonton.
(1)
Meski negara-negara maju dan besar masih mengendalikan peristiwa dunia, namun negara membangun sudah mampu "hadir" dalam menentukan masalah peperangan dan perdamaian dunia. Bahkan terkadang akan mustahil diambil keputusan internasional tanpa kehadiran negara-negara membangun itu. Ini inti gagasan dalam tulisan Menteri Luar Brazil Celso Amorim di sebuah situs Project Sindikit. Ia menyampaikan bahwa krisis kewangan dunia telah menaikkan peran negara-negara membangun semacam Amerika Latin (Brazil, Argentina, dan Mexiko), Afrika (Afrika Selatan) dan Asia (Cina, India dan Turki). Negara-negara ini sekarang memiliki pengaruh di dunia internasional dalam bidang kewangan, ekonomi, sosial, perubahan iklim dan standar hubungan internasional. Bukti terbaru adalah kerjasama Brazil Turki soal solusi pengembangan uranium di program Nuklear Iran. Disamping langkah ini bukti kerjasama antara kekuatan baru, namun juga bukti adanya tarik menarik politik antara kekuatan negara-negara berkembang dengan kekuatan dominasi klasik yang dipimpin Amerika dan kesatuan Euro.
(2)
Perubahan dunia internasional ini memiliki jurangnya di paras kawasan Timur Tengah. Krisis dunia yang memunculkan peranan dunia ketiga di peringkat internasional juga menimbulkan perubahan mendasar di kawasan Timur Tengah. Jika dunia mengalami krisis ekonomi, maka dunia Arab mengalami krisis pembekuan. Hal itu ditandai dengan ketiadaannya Mesir dari kancah Arab setelah berdamai dengan Israel tahun 1979. Ini sama saja mengukuhkan kehadiran Israel. ini artinya, dunia Arab sudah tersesat jalan. Ia sudah menjadi tubuh tanpa kepala. Para saat dunia Arab kehilangan kepemimpinan, Turki justru tampil dan memiliki keupayaan untuk berperanan terutamanya di kawasan Timur Tengah. Disamping setelah Iran melakukan hal yang sama setelah melakukan revolusi Islam. Meski di ada kewaspadaan politik dan madzhab sehingga Arab tidak menyambutnya. Kerana itu, peranan Iran timbul tenggelam, berbeza dengan Turki.
Ada tiga faktor kenapa Turki memimpin perubahan strategi ini, lebih dari sekedar faktor geografi dan latar sejarah:
1. Model demokrasi yang diterapkan sehingga mampu memiliki daya tarik dan menjadi kekuatan yang diperhitungkan. Ini tentu selain kebangkitan ekonomi mereka yang mengubah Turki menjadi kekuatan ekonomi yang diperhitungkan di sekelilingnya. Produk Domestik Bruto (PDB) Turki mencapai trilion dolar sehingga ia menjadi negara ke 16 dalam kekuatan ekononomi dunia. Turki merencanakan akan mencapai rangking 10 pada tahun 2020. Di Eropa sendiri, Turki adalah negara ke 7 dalam kekuatan ekonomi. Ini menyebabkan eksport Turki ke dunia Arab meningkat lima kali lipat pada tahun 2003 hingga sekarang (dari 5 bilion menjadi 27 bilion dolar). Nilai eksportnya ke dunia Islam meningkat dari 11 bilion dolar menjadi 60 bilion dolar.
2. Dukungan rakyat memberikan kesempatan kepada Parti Keadilan dan Pembangunan menjadi majoriti di parlimen. Sehingga pemerintah yang dikuasainya bebas dalam bersikap dengan sekutunya di kalangan tradisionalis; terutama Amerika dan Israel. Artinya dukungan rakyat majoriti mampu membebaskan keputusan politik yang kini tidak lagi bergantung pada kuasa asing. Ia mampu bersikap berbeza dengan sekutunya. Termasuk dalam sikapnya dengan Iran dan Hamas. Erdogan menolak Hamas disebut sebagai gerakan teroris. Sikap ini yang menjauhkan Ankara dengan Israel.
3. Kejelasan visi strategi pemerintah penguasa. Visi ini yang disampaikan oleh Menteri Luar Turki Ahmad Daud Aglo dalam banyak kesempatan, "Turki lebih besar dari sekadar jambatan dan koridor antara timur dan barat. Turki adalah memiliki keupayaan menjadi negara pemilik keputusan. Namun Turki tidak menganggap barat sebagai pilihan satu-satunya. Turki bersama barat dalam geografi, bersama timur secara sejarahnya. Sehingga bidang vital Turki membentang dari Selat Istanbul «Bosphorus » ke Selat Hormuz, dari wilayah perbatasan antara Turki dan Armenia hingga ke Mauritania agar peranan Turki bercita-cita untuk memecahkan masalah dengan tetangga-tetangganya tanpa risiko.
(3)
Jika berfikir strategis, stabiliti dan kemajuan di Timur Tengah berdasarkan tiga pilar. Mesir sebagai wakil Arab, Turki dan Iran. Ini yang dilihat Dr. Jamal Hamdan, profesor geopolitik yang menilai sebagai segitiga kekuatan di wilayah ini. Para peneliti mengamati bahwa pemikiran strategis Barat selalu berhati-hati agar segitiga itu tidak bersatu. Selama ini Turki berputar di barat sementara generasi penentang Arab berusaha melakukan pembebasan. Israel yang ingin agar sekutunya Turki mengurung Arab namun justru terbalik. Sementara Arab sampai sekarang masih membisu dari perubahan itu.
(4)
Di tengah perubahan strategi itu, kita bisa melihat sejumlah indikasi berikut:
- Turki makin dekat dengan Palestina sehingga menjadi pos kekuatan di Timur tengah. Kata-kata Menlu Turki bahwa negaranya "tangan kanan Arab" ini adalah bahasa baru yang lebih kuat.
- Turki melakukan beberapa kesepakatan kerjasama strategi dengan Majlis Kerjasama Negara Teluk untuk melakukan perdagangan bebas dan bebas visa dengan Syria, Lubnan, Jordan, Libia dan Iraq. Gagasan yang sama ini pun dilontarkan kepada Mesir.
- Turki mengumumkan diri ketika digelar forum Arab – Turki di Istanbul bahwa dirinya sudah membentuk Majlis Tinggi dengan Syria dan Jordan dan membangun wilayah bebas transit orang dan barang antara keempat negara itu
- Ada pendekatan dan kesepahaman antara Turki, Syria dan Qatar.
- Ada pendekatan dan kesepahaman antara Turki, Syria dan Iran dalam memecahkan masalah Iraq dan soal minyak dan gas. Iran adalah sumber kedua pelaburan Turki dalam tenaga/ janakuasa selepas Rusia.
- Damsyik berusaha menjadikan Syria sebagai koridor antara empat laut; teluk, laut meditrania, laut Kaspian dan laut hitam, disamping laut merah. Ini berarti Syria akan menjadi rangkaian antara timur, barat, dan antara Turki dan dunia Arab.
Ini adalah impian pada mulanya. Tapi realiti sekarang adalah mimpi kemarin. Yang penulis khawatirkan, suatu saat nanti para generasi muda akan bertanya; bukankah dulu ada negara bernama Mesir?? (bn-bsyr)
No comments:
Post a Comment